Jumat, 17 Februari 2012
Andre Villas: Sabar Nanti juga Chelsea Berprestasi
TRIBUNNEWS.COM, LONDON - D. Luis Andre de Pina Cabral e Villas-Boas merupakan penamaan khas Portugal yang mencantumkan nama keluarga ibu yakni Pina Cabral dan keluarga ayah, Villas-Boas. Nama tersebut lebih dikenal dengan Andre Villas-Boas yang terkadang disingkat AVB.
Sedangkan D. di depan nama adalah singkatan dari Dom, serupa dengan Don di Spanyol dan Italia, atau Dominus dalam bahasa latin, gelar kehormatan yang biasa dipakai di wilayah Iberia dan Italia, dan kerap disingkat "D.". Sedangkan bagi perempuan sebutannya Dona (Spanyol), Donna (Italia), dan Dona (Portugal).
Sebutan tersebut pada awalnya merupakan titel bagi keluarga kerajaan, bangsawan terpilih, dan hirarki gereja, tetapi sekarang sering dipakai sebagai tanda kehormatan untuk orang yang sangat dihormati atau bangsawan.
Kebangsawanan Portugal merupakan kelas sosial yang sangat istimewa di masa kerajaan Portugal. Semasa monarki absolut, para bangsawan mendapat status khusus dan tempat-tempat sangat penting. Ketika diperkenalkan konstitusi monarki pada 1834, kekuatan bangsawan menurun, meski proses berkurangnya kekuatan kaum bangsawan telah diproses sejak era Perdana Menteri Jose Sebastiao de Carvalho e Melo pada 1750-1777.
Sekarang bentuk negara Portugal adalah republik, tetapi keturunan bangsawan masih mendapat gelar kebangsawanan yang diatur oleh Instituto da Nobreza Portuguesa atau Institusi Kebangsawanan Portugal yang saat ini dipimpin oleh D. Duarte Pio Joao Miguel Gabriel Rafael de Braganca.
Dilihat dari silsilah keturunan, Andre Villas-Boas memang berhak mendapat gelar bangsawan. Nenek AVB yakni Margaret Neville Kendall berasal dari Cheadle, daerah sekitar 12 km dari pusat kota Manchester, Inggris. Keluarga Margaret pindah ke Portugal untuk bisnis anggur. Saudara tua Margaret, Douglass Nevill Kendall, merupakan pahlawan Perang Dunia II yang mendapat penghargaan terbang sebagai komandan Royal Air Force.
Pada 5 Mei 1938, Margaret menikah dengan D. Goncalo Manuel Coelho Vieira Pinto do Vale Peixoto e Sousa de Villas Boas, salah satu anak dari Jose Gerardo Coelho Vieira Pinto do Vale Peixoto de Villas-Boas, bangsawan yang diberi gelar kehormatan Visconde de Guilhomil I oleh Raja Carlos I pada1890.
Pasangan Goncalo-Margaret mempunyai lima anak dan anak bungsu yakni D. Luis Filipe Manuel Henrique do Vale Peixoto de Sousa e Villas-Boas menikahi Teresa Maria Pina Cabral e Silva pada 11 Agustus 1973. Dari pasangan Luis Filipe dan Teresa lahir empat anak di mana anak kedua bernama D. Luis Andre de Pina Cabral e Villas-Boas alias Andre Villas-Boas yang lahir pada 17 Oktober 1977. AVB sendiri telah menikahi Joana Maria Noronha de Ornelas Teixeira pada 19 Juni 2004 dan mendapat dua anak yakni D. Benedita Teixeira Villas-Boas dan D. Carolina Teixeira Villas-Boas.
AVB kecil sudah terbiasa berbicara bahasa Inggris dengan sang nenek, sehingga tidak heran jika AVB sangat fasih berbahasa Inggris. Ketika berusia 16 tahun, AVB bahkan sudah kerap berdebat dengan Sir Bobby Robson yang kala itu menangani FC Porto dan tinggal bertetangga dengan AVB. Sir Bobby cukup terkesan pada pandangan AVB dan kemudian mengundang AVB yang kala itu sebetulnya bercita-cita menjadi reporter sepak bola untuk berlatih di Porto, sebelum menawarinya pekerjaan di tim remaja.
Sir Bobby lantas merekomendasi AVB untuk mengambil lisensi pelatih UEFA C di Skotlandia dan belajar metoda pelatihan di Ipswich Town yang ditangani oleh George Burley. Ia melanjutkan untuk mengambil lisensi B, lisensi A, dan UEFA Pro juga di Skotlandia, di bawah arahan Jim Fleeting.
AVB lantas menangani tim nasional Bristish Virgin Islands saat usianya 21 tahun. Uniknya tidak ada yang tahu usia AVB ketika itu. Ia baru menyebut usia sebenarnya pada saat meninggalkan posisi pelatih.
Itu adalah pekerjaan besar bagi seorang pemuda berusia 21 tahun. Ia menangani tim untuk kualifikasi Piala Dunia 2002 dan Bermuda sangat kesulitan saat mengalahkan Bristish Virgin Islands, yang akhirnya diwarnai lima gol dari Shaun Goater. Kekalahan buruk, tetapi bagi AVB merupakan pengalaman yang sulit dipercaya untuk seorang yang sangat muda.
Setelah itu AVB kembali ke kota kalahiran untuk menangani tim FC Porto U-19 dan kemudian menjadi asisten anak didik Sir Robson lainnya, Jose Mourinho. AVB diberi tugas menangani Opponent Observation Departement dan terus ikut saat The Special One pindah ke Chelsea dan Internazionale.
Pada awal musim 2009/10, Villas-Boas ‘bercerai’ dengan Mourinho untuk mengadu nasib sebagai pelatih Academica de Coimbra di Liga Portugal, setelah pemecatan Rogerio Goncalves pada Oktober 2009. Kala itu Academica berada di dasar klasemen karena tidak pernah menang. AVB lantas membawa Academica menempati posisi ke-11 dengan keunggulan 10 poin dari zona degradasi. Selain itu, Academica juga mencapai semifinal Piala Liga Portugal, kalah dari Porto di Estadio do Dragao melalui gol Mriano Gonzalez di menit akhir.
Dampaknya Villas Boas sempat menjadi rebutan Sporting Clube de Portugal dan Porto. Pada 2 Juni 2010, AVB mengumumkan untuk memilih Porto. Dua bulan berselang, ia meraih trofi pertama saat Porto melibas Benfica 2-0 pada Piala Super Portugal. Tiga gelar selanjutnya menyusul yakni juara Liga Portugal, Liga Europa, dan Piala Portugal. Porto menguasai liga tanpa kekalahan yakni 27 menang dan 3 seri. Ia menjadi pelatih ketiga termuda yang merebut juara Primeira League setelah Mihaly Siska (1938/39) dan Juca (1961/62). AVB juga tercatat sebagai manajer termuda sepanjang masa yang merebut kompetisi di Eropa ketika merebut juara Liga Europa pada 18 Mei 2011. Saat itu usia AVB adalah 33 tahun dan 213 hari, mengalahkan rekor Gianluca Vialli yang berusia 33 tahun dan 308 hari saat membawa Chelsea merebut Piala Winner 1997.
Sebulan kemudian, AVB menandatangani kontrak tiga tahun sebagai manajer baru Chelsea. The Blues harus mengeluarkan 15 juta euro atau sekitar 177 miliar rupiah kepada Porto sebagai kompensasi pemutusan kontrak AVB. Harapan besar masa kejayaan The Blues seperti era Mourinho dipikul AVB. Namun, hingga pekan ke-25, Chelsea tersendat di posisi kelima dengan nilai 43 atau terpaut 17 poin dari pimpinan klasemen, Manchester City.
Kursi AVB belakangan kian panas terutama setelah ditahan Manchester United 3-3 meski sempat unggul 3-0 dan kalah 0-2 dari Everton. Imbasnya banyak tersiar kabar ia akan diganti di akhir musim. Para pemain bahkan diberitakan mulai tidak mendukungnya. AVB sendiri tidak mau ambil pusing dengan isu yang beredar di media. Menurutnya yang lebih penting adalah dukungan dari pemilik klub, Roman Abramovich, yang menurutnya masih mendukung dirinya.
Ketika ditanya soal dukungan pemain oleh Eurosport, AVB menjawab: “Mereka tidak perlu mendukung proyek saya. Pemilik klub yang mendukung proyek saya.”
AVB memang sosok dengan kepribadian sangat kuat dan tidak mudah ditekan. Pengalaman bersama Mourinho pasti membuatnya lebih siap menghadapi tekanan disbanding pelatih-pelatih lain seusianya. Saya bisa merasakan keteguhan sikap AVB ketika konferensi pers sehari sebelum pertandingan melawan Valencia pada laga terakhir putaran grup Liga Champion, 6 Desember 2011.
Pada laga Liga Champion sebelumnya, The Blues takluk 1-2 dari Leverkusen. Di Stamford Bridge, John Terry dkk. juga sempat menyerah 3-5 kepada Arsenal dan 1-2 kepada Liverpool di Premier League. Di sela-sela itu, The Reds juga menyingkirkan The Blues di Piala Liga.
Meski sempat diwarnai kemenangan 3-0 atas Newcastle, tetapi tekanan, cemoohan, dan kritikan kepada AVB menjelang pertandingan melawan Valencia sangat kuat. “Is the show nearly over for AVB the DVD guy?” tulis Daily Mail. DVD guy merujuk pada kebiasaan AVB mengoleksi DVD pertandingan tim lawan untuk dianalisa.
Selain terseok-seok di Premier League dan tersingkir di Piala Liga, kiprah The Blues akan terhenti di Liga Champion jika gagal menang.
Sebagian besar media di Inggris memang menyangsikan kapasitas AVB. Performa Chelski dipandang tidak sebanding dengan gelontoran dana untuk mendatangkan AVB.
AVB secara tegas menyebut Chelsea akan menunjukkan performa sesungguhnya dan ia membuktikan mampu membungkam para pengkritik lewat kemenangan 3-0 atas Valencia demi tiket lolos ke fase knock-out.
Kini, akankah AVB kembali selamat dari tekanan? Seperti berada di persimpangan, AVB tidak akan menyerah pada tantangan dan tekanan, tetapi hasil di lapangan belum tentu seiring dengan harapan. Mantan pelatih Chelsea, Avram Grant, menyarankan agar Roman Abramovich memberi waktu kepada AVB untuk membangun tim juara.
Maukah taipan asal Rusia itu sabar menunggu? Faktanya pelatih-pelatih hebat silih berganti datang ke Stamford Bridge, tapi semua angkat koper karena sang pemilik klub tidak pernah sudi menunggu terlalu lama untuk mendapatkan gelar juara. Jadi, AVB tengah menghitung hari, apalagi jika tidak ada trofi juara yang dihasilkan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar